Senin, 27 Februari 2017

Kekasih di atas Menara

Dia hanya anak nelayan biasa.....
dengan rambut hitamnya yang sering berkibar indah diterpa angin pantai.....

Dia....gadis biasa yang membantu ayah merapikan jala....
Sederhana.....tanpa banyak harapan yang menggantung asa...

Ada dia.....pria dari atas menara......
Yang memandang indahnya gelombang samudra.....
Terpikat gemulainya sang gadis nelayan dan segala sederhananya....
Terlalu bosan dengan kepalsuan putri-putri raja di setiap pesta.........
Yang memenuhi tanya di hatinya......apakah mereka mencintanya karena dirinya...
ataukah karena gelar di belakang nama lahirnya?

Ia suka menjatuhkan berbagai benda dari atas menara.....hanya untuk menarik perhatian gadisnya...
Gadis itu tak pernah mengambilnya....hanya memandangnya lekat-lekat....melempar senyuman hangat dan menaruhnya kembali di kaki menara....

Bukan haknya untuk naik ke atas menara, karena ia tahu bukan itu tempatnya....
Sang pria tak bisa menyusul ke bawah, karena batasan yang ada dalam hak lahirnya....

Disanalah mereka.....berbagi pandangan tanpa kata.....seperti bertukar pikiran dan perasaan yang terlarang untuk diungkapkan.......

Seratus senja berlalu.....
Sang gadis tidak pernah lagi melihat prianya.....
Hanya surat di kaki menara......
Yang tidak bisa dibacanya......
ia bukan putri raja yang terbuka untuk belajar merangkai kata dalam baca....

Surat yang ia labuhkan dalam ombak pantai....
Ini hanya bagian kenangan hidup di satu titik usia....pikirnya....
"Setidaknya aku pernah merasa.....kepada kekasih di atas menara"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar